Monday, August 25, 2008
Islam Agama Yang Mudah
Dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam beliau bersabda: Sesungguhnya agama ini adalah agama yang mudah, dan tidaklah seseorang itu melampaui batas dalam menjalankan agama ini kecuali akan kalah dengan sendirinya. Oleh karena itu berusahalah untuk mengamalkan agama ini dengan benar, dan kalau tidak bisa sempurna, maka berusahalah untuk mendekati kesempurnaan. Dan bergembiralah kalian dengan pahala bagi kalian yang sempurna walau pun amalan kalian tidak sempurna. Dan upayakan menguatkan semangat beribadah dengan memperhatikan ibadah di pagi hari dan di sore hari dan di sebagian malam (yakni waktu-waktu di mana kondisi badan sedang segar untuk beribadah). (HR. Al-Bukhari dalam Shahih nya Kitabul Iman bab Ad-Dienu Yusrun hadits ke 39, An-Nasa’i dalam Sunan nya Kitabul Iman bab Ad-Dienu Yusrun hadits ke 5049, Ahmad dalam Musnad nya jilid 4 hal. 422)
BEBERAPA PENGERTIAN
Sesungguhnya agama ini adalah mudah.
Agama yang dimaksud di sini ialah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam . Ia dikatakan mudah karena dibandingkan dengan agama-agama Islam yang dibawa oleh para Nabi sebelum beliau.
Dan tidaklah seorang pun melampaui batas dalam menjalankan agama ini kecuali….
Melampaui batas dalam menjalankan agama ialah melampaui batas dalam menjalankan yang sunnah sehingga meninggalkan yang wajib. Contohnya: orang yang semalam suntuk shalat malam sehingga menjelang shalat subuh dia tertidur karena kelelahan. Akibatnya dia tidak shalat subuh berjamaah di masjid atau bahkan shalat subuhnya setelah matahari terbit.
Amalan dia yang melampaui batas itu akan mengalahkannya.
Yang dimaksud bahwa amalan itu mengalahkannya ialah bahwa dia akan merasa berat dengan amalan itu sehingga dia cepat bosan dengannya dan kemudian meninggalkannya, bahkan meninggalkan pula amalan-amalan yang lainnya. Juga dalam makna ini ialah ketika seseorang meninggalkan rukhsah (kemudahan yang diberikan oleh agama) dan tetap menjalankan azimah (kemestian agama), maka dia dengan sebab itu akan terjatuh kepada kesulitan karena menjalankan agama dengan cara demikian. Seperti orang sakit yang diberi rukhsah oleh agama untuk bertayammum, tetapi dia tidak mau menggunakan rukhsah itu dan tetap menjalankan azimah , yaitu berwudlu sehingga sakitnya semakin parah karena berwudlu itu.
Maka berusahalah untuk mengamalkan agama dengan benar.
Yang dimaksud mengamalkan agama dengan benar ialah mengamalkannya dengan tidak memberat-beratkannya dan tidak mengenteng-entengkannya. Tetapi di tengah-tengah di antara keduanya yaitu menjalankan yang wajib lebih diutamakan dari yang sunnah. Memanfaatkan rukhsah dan tidak mengabaikan azimah .
Dan berusahalah untuk mendekati kesempurnaan bila tidak mampu menyempurnakannya.
Yakni berusahalah untuk menyempurnakan kewajiban agama dengan sekuat tenaga dan sebisa mungkin. Jangan berhenti untuk terus-menerus berusaha menjalankan kewajiban agama dengan sempurna.
Dan bergembiralah kalian.
Yakni tetaplah kalian bergembira dengan berita bahwa pahala amalan kalian di lipatgandakan oleh Allah dan disempurnakan bila kalian beramal shalih terus-menerus dengan rutin walau pun amalan itu secara kuantitas sedikit. Jadi jangan lemah semangat ketika kenyataannya amalan kalian tidak sempurna dan sedikit karena kelemahan manusiawi yang ada pada kalian. karena yang terbaik dari amalan shalih itu ialah bila dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan pengamalannya sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dan lagi amalan itu dilakukan terus-menerus dengan rutin.
Dan cari waktu di mana kondisi badan sedang segar untuk beribadah, yaitu di waktu antara setelah terbitnya fajar sampai terbitnya matahari.
Dan waktu antara Ashar sampai maghrib dan Isya’. Juga sebagai waktu yang baik untuk beribadah karena kondisi badan dalam keadaan segar.
Sebagian waktu dari malam hari yaitu di akhir malam menjelang terbitnya fajar karena setelah tidur di awal malam seusai shalat Isya’ , maka bangun di sepertiga terakhir malam, badan dalam keadaan segar untuk beribadah.
PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL
Hadits ini memberi pelajaran kepada kitadalam beberapa perkara berikut ini:
1). Allah dan Rasul-Nya menghendaki kemudahan dan keringanan bagi umat manusia untuk menjalankan agama-Nya. Allah Ta`ala berfirman:
“Dan tidaklah Allah jadikan bagi kalian dalam agama ini kesulitan.” ( Al-Hajj : 7
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah senang untuk dijalani rukhsah (kemudahan)-Nya sebagaimana dia benci untuk dijalani kemaksiatan kepada-Nya.” (HR. Ahmad dalam Musnad nya jilid 2 hal. 108 dari Ibnu Umar. Dan hadits ini diriwayatkan pula oleh yang lainnya).
2). Kemudahan dan keringanan yang dimaksud di sini bukanlah berarti mengabaikan kewajiban agama, akan tetapi kewajiban agama itu sendiri adalah kemudahan dan keringanan di banding dengan kewajiban agama bagi umat-umat terdahulu. Contohnya: cara bertaubat bagi umat Nabi Musa `alaihis salam adalah dengan membunuh diri sendiri, sedangkan taubat bagi umat ini adalah hanya dengan meninggalkan secara total kedurhakaan yang ia terjatuh padanya dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatannya serta menyesali perbuatan kedurhakaannya. (Lihat Fathul Bari Ibnu Hajar jilid 1 hal. 93 hadits ke 39)
3). Kewajiban-kewajiban agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam mengandung berbagai kemudahan dan keringanan. Seperti shalat itu kewajibannya ialah dengan berdiri. Bila tidak mampu karena sakit atau sebab lainnya maka boleh dilaksanakan dengan duduk. Dan bila tidak mampu dengan duduk, maka boleh pula dengan terlentang dan selanjutnya. Berwudlu diwajibkan untuk dilakukan dengan air. Tetapi bila tidak memungkinkan karena tidak ada air atau karena sakit, maka boleh dilakukan tayammum dengan debu sebagai pengganti wudlu dan mandi junub. Demikianlah berbagai kewajiban agama Islam selalu diberi berbagai ketentuan yang memudahkan dan meringankan bagi umat ini.
4). Di samping berbagai kewajiban agama, Allah dan Rasul-Nya juga mengajarkan berbagai amalan sunnah dan afdhal . Agar hamba Allah yang menyempurnakan amalan agamanya, melengkapi amalan kewajiban agamanya dengan amalan sunnah dan afdhal . Yang demikian itu lebih tinggi kedudukannya daripada mereka yang hanya mengamalkan kewajiban agama.
5). Dalam menjalankan upaya penyempurnaan amalan agama dengan menjalankan kewajiban dan sunnah serta afdhal , harus diingat bahwa amalan yang wajib lebih utama, harus diperhatikan pengamalannya daripada amalan-amalan sunnah atau afdhal. Karena itu dalam mengamalkan yang sunnah dan afdhal dilarang sampai mengabaikan bahkan meninggalkan yang wajib. Karena yang demikian ini berarti melampaui batas dalam beragama dan dicela Allah Ta`ala dan Rasul-Nya.
6). Menyempurnakan amalan agama itu harus memperhatikan kondisi dan kekuatan jasmani dan rohani. Maka sangat dianjurkan untuk beribadah dalam kondisi badan yang segar dan dilarang beribadah dalam kondisi badan yang sangat letih atau sangat mengantuk.
Sangat dianjurkan pula untuk mempertimbangkan keberlangsungan amalan sampai mati karena itu jangan sampai memperbanyak amalan sunnah dan afdhal yang kiranya hanya dilakukan sesaat kemudian ditinggalkan. Dan dilarang pula untuk memperbanyak amalan sunnah yang berakibat munculnya perasaan bosan dan letih, sehingga meninggalkan amalan itu bahkan meninggalkan pula yang wajib. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Wajib kalian menjalankan agama ini yang kiranya kalian mampu untuk langgeng dengan amalan itu. demi Allah, tidaklah Allah itu bosan dalam memberi pahala kepada amalan kalian sehingga kalian bosan beramal dan berhenti untuk beramal karena bosan. Dan amalan agama yang paling disenangi oleh Rasulullah adalah amalan yang langgeng diamalkan oleh pelakunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Shahih nya kitabul Iman bab Ahabbud Din Ilallahi Adwanuhu, hadits ke 43 dari Aisyah radliyallahu `anha ).
7). Agama Islam mewajibkan kita untuk memperhatikan haknya badan untuk makan dan minum dan istirahat. Haknya anak dan istri untuk mendapatkan perhatian yang selayaknya dan kemudian haknya Allah untuk diibadahi dan dijalankan ajaran syariat-Nya. Maka dalam menjalankan segenap hak masing-masing pihak itu, tidak boleh ada pihak yang diabaikan haknya. Demikian itulah pengamalan agama yang benar, adil dan dalam batas kewajaran. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya agama ini kokoh, maka beramallah dengannya dengan kelembutan, dan janganlah engkau membikin dirimu tidak suka beribadah kepada Allah karena merasa terlalu berat, karena orang yang terhenti dari bepergiannya itu ialah kendaraannya dan bekalnya tidak mampu lagi melanjutkan perjalanannya sampai ke tempat tujuanya. Oleh karena itu beramallah engkau dengan semangat seperti orang yang menyangka bahwa dia tidak akan mati selama-lamanya dan penuh kehati-hatian seperti orang yang dalam keadaan takut bahwa besok akan mati.” (HR. Al-Baihaqi dalam kitabnya As-Sunanul Kubra jilid 3 hal. 19 dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash).
PENUTUP
Demikianlah Islam amat memperhatikan tabiat kemanusiaan yang penuh kelemahan dan kelalaian. Oleh karena itu Islam adalah agama yang sangat mencocoki fitrah kemanusiaan. Dan beramal dengan agama ini bila dibimbing dengan ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka akan selamat dari sikap melampaui batas yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sangat menganjurkan kita kaum Muslimin untuk menuntut ilmu agama sampai mati.
Sunday, August 24, 2008
KE ARAH KESEDARAN ISLAM SEMULA
Suatu Perkembangan Yang Membahayakan Umat Islam.
Suatu pengaruh dan fahaman yang merosakkan umat Islam ialah menularnya fahaman sekular dalam masyarakat Islam. Pengaruh sekularisma ke atas negara-negara Islam dikatakan bermula dari abad ke 18M hinggalah ke abad ini.
Suatu contoh yang jelas di zaman moden ini ialah apa yang telah berlaku kepada Daulah ‘Othmaniyyah Turki di mana telah diadakan pembaharuan undang-undang dengan memasukkan undang-undang yang bukan daripada al-Quran dan as-Sunnah.
Undang-undang ini datangnya daripada “code” orang-orang barat semenjak Zaman Renaissance lagi.Ia telah menjayakan sekularisasi. Pengaruh tersebut semakin lama semakin menyeluruh memasuki semua bidang hidup hingga menyebabkan soal-soal kehidupan harian terpisah daripada dasar-dasar kerohanian Islam. Unsur barat itu diterima dengan alasan menjalankan pemodenan, pembangunan serta kemajuan.
Di Tanah Melayu, ketika zaman penjajahan British, sekularisasi dalam bidang pentadbiran mulai berlaku dalam abad 19M dengan termeterinya Perjanjian Pangkor (1874).
Sekularisasi terus berjalan hingga ke abad ini. Meskipun terdapat beberapa perubahan namun sekularisasi semakin menebal hinggakan Din Islam itu dipersempitkan menjadi amalan peribadi bukan lagi menjadi sistem pengatur kehidupan ini.
Perkembangan ini sangat membahayakan umat Islam yang memegang amanah Allah S.W.T. untuk menegak dan melaksanakan kehidupan Islam dan nilai-nilainya berdasarkan tauhid.
Pendewaan Nilai-nilai Barat.
Sebahagian masyarakat Islam kini juga sedang menghadapi bahaya kerana mendewakan idea-idea barat buatan manusia. Hal ini amat membimbangkan kerana dikhuatiri mereka akan termasuk ke dalam golongan yang disifatkan dalam firman Allah S.W.T.:
“Mereka (ahli Kitab) mengambil bijak pandai dan pendita-pendita mereka sebagai tuhan-tuhan mereka selain dari Allah.”-Surah at-Taubah: ayat 31.
Mujahid Sa’id Hawwa telah memberikan penjelasan dalam kitabnya, Jundu Allah Thaqafatan Wa Akhlaqan, bahawa Imam Tarmizi meriwayatkan bahawa ‘Adi Bin Hatim at-Ta’i datang berjumpa Rasulullah S.A.W. sedang baginda membaca ayat tersebut. ‘Adi berkata kepada Rasulullah S.A.W.: “Sesungguhnya Ahli-ahli kitab itu tidak pernah menyembah pendita-pendita mereka”. Maka Rasulullah S.A.W. berkata kepada ‘Adi: “Ya!, sesungguhnya mereka mengharamkan ke atas ahli Kitab sesuatu yang halal serta menghalalkan sesuatu yang haram dan mereka (Ahli Kitab) mematuhinya, maka itulah bentuk penyembahan kepada mereka (pendita-pendita) tersebut.”
Mujahid Sa’id Hawwa menjelaskan lagi bahawa jika dilihat kepada realiti masyarakat Islam kini ternyata bahawa mereka melaksanakan hukum-hukum selain daripada hukum Allah S.W.T.
Di kalangan orang ramai terdapat berbagai sikap dan pandangan. Ada yang berterus terang mengajak kepada perlaksanaan hukum lain selain hukum Allah S.W.T. Ada yang bertindak sedemikian secara bersembunyi. Ada yang berpendapat bahawa hukum-hukum Islam itu tidak sesuai untuk dilaksanakan. Ada yang berpuas hati dengan sistem kufur yang berjalan hingga jika diajak untuk merubahnya maka ia enggan. Ada yang mempersendakan dan mengejek apabila diajak kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah.
Tidak kurang juga ada yang menyatakan bahawa kerja-kerja untuk melaksanakan hukum-hukum Islam itu telah ketinggalan zaman serta tidak bertamaddun lagi.Sikap-sikap sedemikian amat merbahaya serta dibimbangkan akan termasuk ke dalam golongan yang difirmankan oleh Allah S.W.T. :
“Tidakkah kamu melihat mereka yang menyangka mereka itu beriman dengan apa yang ditanzilkan kepada engkau (Muhammad) dan apa yang telah ditanzailkan sebelum engkau, mereka mahu berhukum kepada Taghut (sistem selain Islam) sedangkan mereka diperintahkan menolak Taghut, dan syaitan itu mahu menyesatkan mereka sesesat-sesatnya.” -Surah an-Nisa’: ayat 60.
Kejahilan Masyarakat Tentang Hakikat Islam.
Menurut Asy-Syahid Dr. Abdul Qadir ‘Audah di dalam kitabnya, Al-Islam Wa Audha’una as-Siyasiyyah, bahawa semua orang Islam di dunia ini mengaku beragama Islam dan kebanyakan mereka berbangga dengan nama tersebut. Tetapi dukacita sekali kebanyakan mereka tidak mengetahui hakikat Islam yang sebenarnya. Islam tidak ada hubungan dengan hati mereka meskipun ada hubungan dengan tutur kata mereka.
Kejahilan terhadap Islam telah membawa mereka jauh daripada hukum-hukum Islam. Mereka menolak hukum-hakamnya yang menyebabkan berlaku keruntuhan umat Islam itu sendiri.
Sebenarnya Islam adalah satu sistem hidup pilihan Allah S.W.T. Ini telah ditegaskan oleh Allah S.W.T. dalam firmanNya yang bermaksud:
“Sesungguhnya Din di sisi Allah hanya al-Islam.” - Surah Ali-’Imran: ayat 19.
“Dan Aku redha bagi kamu al-Islam sebagai ad-Din” - Surah al-Maidah: ayat 2.
Allah S.W.T. sama sekali tidak menerima sistem hidup yang lain daripada sistem hidup Islam. Hal ini telah diterangkan oleh Allah S.W.T. dalam firmanNya :
"Sesiapa yang mencari selain daripada al-Islam sebagai Din (cara hidup), maka sama sekali tidak diterima daripadanya dan dia di akhirat kelak terdiri daripada golongan orang yang rugi.” - Surah Ali ‘Imran: ayat 85.
“Apa yang ada selepas kebenaran melainkan kesesatan.” - Surah Yunus: ayat 32.
Allah S.W.T. juga tidak mengutuskan seseorang rasulNya melainkan dengan kebenaran dan al-Kitab . Firman Allah S.W.T.:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepada kamu al-Kitab dengan kebenaran.”
- Surah an-Nisa’: ayat 105
“Dialah yang mengutuskan rasul yang memberi pertunjuk dan dengan Din yang benar.” - Surah at-Taubah: ayat 33.
Jika demikian sifat Islam maka mengapa masih kedapatan ramai yang masih mencari-cari sistem yang lain daripada sistem Islam? Sesungguhnya mereka yang menolak sistem Islam yang merupakan jalan menuju Allah S.W.T., menolak al-Quran dan menukar gantinya dengan ideologi-ideologi yang lain, maka mereka sebenarnya telah diselaputi dengan kegelapan dan kesesatan.Mereka jahil terhadap hakikat Islam itu sendiri.
Kejahilan itu membawa mereka yakin terhadap ideologi-ideologi seperti demokrasi , kapitalisme barat, yakin komunisme dan sosialime Timur,meskipun mereka mengaku percaya kepada Allah S.W.T. Kejahilan menyebabkan ada yang menyatukan Islam dengan ideologi-ideologi lain seperti melaungkan demokrasi Islam dan sosialis Islam dengan harapan supaya diterima oleh masyarakat. Sebenarnya penamaan tersebut bererti menzalimi Islam,sedangkan Islam bersih daripada penamaan-penamaan tersebut. Islam adalah Islam.Tidak ada sistem tiruan dan cedokan daripada mana-mana sistem lain.Ia tidak boleh sama sekali disamakan dengan mana-mana sistem kerana ia ditanzilkan oleh Allah S.W.T.
Suatu pengaruh dan fahaman yang merosakkan umat Islam ialah menularnya fahaman sekular dalam masyarakat Islam. Pengaruh sekularisma ke atas negara-negara Islam dikatakan bermula dari abad ke 18M hinggalah ke abad ini.
Suatu contoh yang jelas di zaman moden ini ialah apa yang telah berlaku kepada Daulah ‘Othmaniyyah Turki di mana telah diadakan pembaharuan undang-undang dengan memasukkan undang-undang yang bukan daripada al-Quran dan as-Sunnah.
Undang-undang ini datangnya daripada “code” orang-orang barat semenjak Zaman Renaissance lagi.Ia telah menjayakan sekularisasi. Pengaruh tersebut semakin lama semakin menyeluruh memasuki semua bidang hidup hingga menyebabkan soal-soal kehidupan harian terpisah daripada dasar-dasar kerohanian Islam. Unsur barat itu diterima dengan alasan menjalankan pemodenan, pembangunan serta kemajuan.
Di Tanah Melayu, ketika zaman penjajahan British, sekularisasi dalam bidang pentadbiran mulai berlaku dalam abad 19M dengan termeterinya Perjanjian Pangkor (1874).
Sekularisasi terus berjalan hingga ke abad ini. Meskipun terdapat beberapa perubahan namun sekularisasi semakin menebal hinggakan Din Islam itu dipersempitkan menjadi amalan peribadi bukan lagi menjadi sistem pengatur kehidupan ini.
Perkembangan ini sangat membahayakan umat Islam yang memegang amanah Allah S.W.T. untuk menegak dan melaksanakan kehidupan Islam dan nilai-nilainya berdasarkan tauhid.
Pendewaan Nilai-nilai Barat.
Sebahagian masyarakat Islam kini juga sedang menghadapi bahaya kerana mendewakan idea-idea barat buatan manusia. Hal ini amat membimbangkan kerana dikhuatiri mereka akan termasuk ke dalam golongan yang disifatkan dalam firman Allah S.W.T.:
“Mereka (ahli Kitab) mengambil bijak pandai dan pendita-pendita mereka sebagai tuhan-tuhan mereka selain dari Allah.”-Surah at-Taubah: ayat 31.
Mujahid Sa’id Hawwa telah memberikan penjelasan dalam kitabnya, Jundu Allah Thaqafatan Wa Akhlaqan, bahawa Imam Tarmizi meriwayatkan bahawa ‘Adi Bin Hatim at-Ta’i datang berjumpa Rasulullah S.A.W. sedang baginda membaca ayat tersebut. ‘Adi berkata kepada Rasulullah S.A.W.: “Sesungguhnya Ahli-ahli kitab itu tidak pernah menyembah pendita-pendita mereka”. Maka Rasulullah S.A.W. berkata kepada ‘Adi: “Ya!, sesungguhnya mereka mengharamkan ke atas ahli Kitab sesuatu yang halal serta menghalalkan sesuatu yang haram dan mereka (Ahli Kitab) mematuhinya, maka itulah bentuk penyembahan kepada mereka (pendita-pendita) tersebut.”
Mujahid Sa’id Hawwa menjelaskan lagi bahawa jika dilihat kepada realiti masyarakat Islam kini ternyata bahawa mereka melaksanakan hukum-hukum selain daripada hukum Allah S.W.T.
Di kalangan orang ramai terdapat berbagai sikap dan pandangan. Ada yang berterus terang mengajak kepada perlaksanaan hukum lain selain hukum Allah S.W.T. Ada yang bertindak sedemikian secara bersembunyi. Ada yang berpendapat bahawa hukum-hukum Islam itu tidak sesuai untuk dilaksanakan. Ada yang berpuas hati dengan sistem kufur yang berjalan hingga jika diajak untuk merubahnya maka ia enggan. Ada yang mempersendakan dan mengejek apabila diajak kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah.
Tidak kurang juga ada yang menyatakan bahawa kerja-kerja untuk melaksanakan hukum-hukum Islam itu telah ketinggalan zaman serta tidak bertamaddun lagi.Sikap-sikap sedemikian amat merbahaya serta dibimbangkan akan termasuk ke dalam golongan yang difirmankan oleh Allah S.W.T. :
“Tidakkah kamu melihat mereka yang menyangka mereka itu beriman dengan apa yang ditanzilkan kepada engkau (Muhammad) dan apa yang telah ditanzailkan sebelum engkau, mereka mahu berhukum kepada Taghut (sistem selain Islam) sedangkan mereka diperintahkan menolak Taghut, dan syaitan itu mahu menyesatkan mereka sesesat-sesatnya.” -Surah an-Nisa’: ayat 60.
Kejahilan Masyarakat Tentang Hakikat Islam.
Menurut Asy-Syahid Dr. Abdul Qadir ‘Audah di dalam kitabnya, Al-Islam Wa Audha’una as-Siyasiyyah, bahawa semua orang Islam di dunia ini mengaku beragama Islam dan kebanyakan mereka berbangga dengan nama tersebut. Tetapi dukacita sekali kebanyakan mereka tidak mengetahui hakikat Islam yang sebenarnya. Islam tidak ada hubungan dengan hati mereka meskipun ada hubungan dengan tutur kata mereka.
Kejahilan terhadap Islam telah membawa mereka jauh daripada hukum-hukum Islam. Mereka menolak hukum-hakamnya yang menyebabkan berlaku keruntuhan umat Islam itu sendiri.
Sebenarnya Islam adalah satu sistem hidup pilihan Allah S.W.T. Ini telah ditegaskan oleh Allah S.W.T. dalam firmanNya yang bermaksud:
“Sesungguhnya Din di sisi Allah hanya al-Islam.” - Surah Ali-’Imran: ayat 19.
“Dan Aku redha bagi kamu al-Islam sebagai ad-Din” - Surah al-Maidah: ayat 2.
Allah S.W.T. sama sekali tidak menerima sistem hidup yang lain daripada sistem hidup Islam. Hal ini telah diterangkan oleh Allah S.W.T. dalam firmanNya :
"Sesiapa yang mencari selain daripada al-Islam sebagai Din (cara hidup), maka sama sekali tidak diterima daripadanya dan dia di akhirat kelak terdiri daripada golongan orang yang rugi.” - Surah Ali ‘Imran: ayat 85.
“Apa yang ada selepas kebenaran melainkan kesesatan.” - Surah Yunus: ayat 32.
Allah S.W.T. juga tidak mengutuskan seseorang rasulNya melainkan dengan kebenaran dan al-Kitab . Firman Allah S.W.T.:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepada kamu al-Kitab dengan kebenaran.”
- Surah an-Nisa’: ayat 105
“Dialah yang mengutuskan rasul yang memberi pertunjuk dan dengan Din yang benar.” - Surah at-Taubah: ayat 33.
Jika demikian sifat Islam maka mengapa masih kedapatan ramai yang masih mencari-cari sistem yang lain daripada sistem Islam? Sesungguhnya mereka yang menolak sistem Islam yang merupakan jalan menuju Allah S.W.T., menolak al-Quran dan menukar gantinya dengan ideologi-ideologi yang lain, maka mereka sebenarnya telah diselaputi dengan kegelapan dan kesesatan.Mereka jahil terhadap hakikat Islam itu sendiri.
Kejahilan itu membawa mereka yakin terhadap ideologi-ideologi seperti demokrasi , kapitalisme barat, yakin komunisme dan sosialime Timur,meskipun mereka mengaku percaya kepada Allah S.W.T. Kejahilan menyebabkan ada yang menyatukan Islam dengan ideologi-ideologi lain seperti melaungkan demokrasi Islam dan sosialis Islam dengan harapan supaya diterima oleh masyarakat. Sebenarnya penamaan tersebut bererti menzalimi Islam,sedangkan Islam bersih daripada penamaan-penamaan tersebut. Islam adalah Islam.Tidak ada sistem tiruan dan cedokan daripada mana-mana sistem lain.Ia tidak boleh sama sekali disamakan dengan mana-mana sistem kerana ia ditanzilkan oleh Allah S.W.T.
MENGENAL ALLAH 2
Ma'rifatullah atau mengenal Allah Azza wa Jalla. merupakan ilmu yang paling utama. Kedudukannya dalam Islam sangat penting, tinggi dan mulia kerana ia merupakan asas dalam membangunkan segala amal dalam kehidupan. Kita mengenal Allah melalui 3 cara iaitu melalui Uluhiyyah Allah, Rububiyyah Allah dan Asma’ was Sifat Allah.
1. Mengenal ALLAH MELALUI uluhiyyah-nya
Kita harus mengetahui dan menetapkan bahawa Allah sahajalah yang berhak menerima segala perhambaan dan peribadatan daripada keseluruhan makhluk-Nya. Oleh itu kita harus meyakini bahawa seluruh kehidupan kita hanyalah untuk taat dan tunduk serta patuh kepada Allah sahaja (sebagaimana layaknya seorang hamba) dengan mengikuti hukum/peraturan/perlembagaan Allah sahaja dalam segala aspek kehidupan melalui Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah (s.a.w). Dengan Tauhid Uluhiyyah inilah Allah mengutus para Rasul, membezakan antara muslim dan kafir serta menentukan nasib seseorang hamba di akhirat samada syurga atau neraka. Sekiranya kita benar-benar mengimani uluhiyyah Allah dan beramal dengan amalan yang besesuaian dengannya insyaallah kita pasti tergolong dalam golongan muslim dan dengan redha Allah kita juga pasti mengecapi nikmat syurga yang di dalamnya terdapat segala pemuas fitrah bagi syahwat seorang insan berupa sungai-sungai yang mengalir di bawah syurga, arak yang tidak memabukkan dan bidadari-bidadari yang disucikan yang matanya tidak pernah menjeling/memandang kepada lelaki lain selain daripada suaminya (lelaki ahli syurga). Segala puji bagi Allah atas segala kurnia-Nya.
Dengan melihat segala kenikmatan yang bakal diterima oleh mereka yang sanggup mentauhidkan Uluhiyyah hanya untuk Allah sudah pasti kita akan tertanya-tanya, dari segi apakah kita harus mentauhidkan Allah dari segi Uluhiyyah-Nya agar kita juga bakal menikmati kemanisan syurga? Jawapannya ialah kita harus mentauhidkan Uluhiyyah Allah daripada 3 aspek:
IBADAH
Kita harus beriman bahawa hanya Allah yang berhak memperhambakan diri kita dan seluruh makhluknya yang lain dan hanya dialah yang berhak menerima segala ibadat daripada makhluknya. Untuk itu mulai saat ini kita harus menetapkan betul-betul di dalam pemikiran bahawa kita hanyalah HAMBA kepada Allah. Oleh kerana itu kita harus bersifat seperti hamba iaitu harus sentiasa patuh dan taat kepada Allah tanpa bantahan.
HAKIMIYAH
Kita hendaklah beriman bahawa hanya Allah yang mempunyai hak mutlak dan tertinggi untuk membuat peraturan / hukum / perlembagaan / undang-undang untuk diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, negara kita dan seterusnya dunia kita. Tauhid Uluhiyyah menginginkan supaya kita berusaha sedaya upaya untuk menjadikan semua sistem di muka bumi Allah ini bebas daripada undang-undang buatan sendiri (man-made-law) yang tidak menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai undang-undang tertinggi. Sesiapa sahaja yang cuba menandingi Allah dengan membuat perlembagaan sendiri maka dia telah dengan sengaja cuba menandingi keuluhiyyahan Allah dan menjadi musyrik; dan sekiranya dia benar-benar yakin bahawa sistem demokrasi, kapitalis, republik, komunis atau apa saja idealisme yang lain itu lebih baik daripada undang-undang Allah, maka dia telah kafir mengikut ijma’
Al- WALA' WAL BARA'
Mengkehendaki kita memihak (wala’) kepada pemimpin yang mencintai serta mengikuti Allah dan Rasul dan mahu mendaulatkan undang-undang Allah di dalam Al-Quran dan As-Sunnah serta memusuhi (bara’) pemimpin yang mengiktiraf sistem dan undang-undang buatan sendiri seperti komunisme, kapitalis, republik, rukun negara, pancasila dan demokrasi. Oleh itu kita harus membenci, memusuhi, menentang dan membangkang terhadap pemimpin yang tidak menuruti Allah dan Rasulnya dan sebaliknya menghormati, menyintai, simpati dan menolong pemimpin yang mengikuti Allah dan Rasulnya (s.a.w).
2. Mengenal Allah Melalui rububiyyah-nya
Hal ini mengkehendaki kita mengetahui dan menetapkan bahawa Allah sahajalah Rabb semesta alam , Pencipta segala makhluk, Pemilik seisi alam, Pengatur, Pemberi Rezeki dan dialah yang telah mengajar dan mendidik para Nabi, Rasul dan pengikutnya di atas aqidah yang benar, akhlaq yang terpuji, ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Kita masih belum lagi dikatakan beriman sekiranya kita hanya beriman dengan Rububiyyah Allah dan harus menyempurnakan iman itu dengan beriman terhadap Uluhiyyah Allah.
3. mengenal ALLAH MELALUI aSMA’ WAS SIFAT-NYA
Iaitu kita harus mengetahui dan menetapkan bahawa Allah mempunyai nama-nama yang agung dan sifat -sifat yang tinggi yang Allah beritahukan melalui lisan Rasul-Nya (Muhammad) iaitu Al Qur'an dan Al Hadith. Apa yang perlu ditekankan ialah Asmaul-Husna tidaklah terbatas kepada yang termaktub di dalam Al Quran dan Al Hadits sahaja. Ini kerana Rasulullah (s.a.w) telah bersabda bahawa:
Tidaklah seseorang ditimpa keresahan (kecemasan) dan kesedihan kemudian dia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu (lelaki) dan anak dari hamba-Mu (perempuan), ubun- Mu adil bagiku, aku meminta kepada-Mu dengan (berwasilahkan) semua nama yang Engkau miliki, Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghoib di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al Quran yang agung sebagai petunjuk hatiku, cahaya hatiku, penghapus kesedihanku dan penghilang kegelisahanku", Kecuali Allah akan menghapus kesedihan dan keresahannya dan menggantikannya dengan kelapangan". (HR. Ahmad bin Hambal)
Oleh itu, kita harus beriman (percaya) bahawa selain 99 nama Allah yang termahsyur [yang diberitakan Allah melalui lisan Rasulullah (s.a.w)] itu ada lagi nama-nama Allah yang dirahsiakan oleh Allah sendiri dan termasuk diantara perkara-perkara ghaib yang harus kita yakini.
Selain itu kita juga harus yakini bahawa nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya serta dzat-Nya, tidaklah sama dengan nama, sifat dan dzat makhluk-Nya malah berlainan sama sekali daripada sebarang penyerupaan dengan makhluk, maka kita patut mengelakkan diri daripada mentakwilkan nama dan sifat Allah tanpa panduan wahyu.
KESIMPULAN
Kita perlu menujukan ibadah kepada Allah sahaja dan hanya kerana Allah dengan tatacara ibadah hendaklah mengikut sunnah Rasulnya (s.a.w).
Kita hendaklah bersedia bernegara hanya dengan Negara Islam (Khalifah Islamiyah).
Kita perlu menolak, membenci dan memusuhi semua - tatacara ibadah bidaah (ibadah yang direka-reka tanpa dalil Al-Quran dan As-Sunnah) serta hukum/undang-undang/perlembagaan /peraturan yang tidak bersumberkan dari Al-Quran dan As-Sunnah serta membenci semua negara yang bukan Negara Islam (Daulah Islamiyah @ Khalifah Islamiyyah).
Kita perlu mengisi kehidupan untuk menegakkan syariat islam dan berjihad untuk menegakkan kepimpinan islam.
1. Mengenal ALLAH MELALUI uluhiyyah-nya
Kita harus mengetahui dan menetapkan bahawa Allah sahajalah yang berhak menerima segala perhambaan dan peribadatan daripada keseluruhan makhluk-Nya. Oleh itu kita harus meyakini bahawa seluruh kehidupan kita hanyalah untuk taat dan tunduk serta patuh kepada Allah sahaja (sebagaimana layaknya seorang hamba) dengan mengikuti hukum/peraturan/perlembagaan Allah sahaja dalam segala aspek kehidupan melalui Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah (s.a.w). Dengan Tauhid Uluhiyyah inilah Allah mengutus para Rasul, membezakan antara muslim dan kafir serta menentukan nasib seseorang hamba di akhirat samada syurga atau neraka. Sekiranya kita benar-benar mengimani uluhiyyah Allah dan beramal dengan amalan yang besesuaian dengannya insyaallah kita pasti tergolong dalam golongan muslim dan dengan redha Allah kita juga pasti mengecapi nikmat syurga yang di dalamnya terdapat segala pemuas fitrah bagi syahwat seorang insan berupa sungai-sungai yang mengalir di bawah syurga, arak yang tidak memabukkan dan bidadari-bidadari yang disucikan yang matanya tidak pernah menjeling/memandang kepada lelaki lain selain daripada suaminya (lelaki ahli syurga). Segala puji bagi Allah atas segala kurnia-Nya.
Dengan melihat segala kenikmatan yang bakal diterima oleh mereka yang sanggup mentauhidkan Uluhiyyah hanya untuk Allah sudah pasti kita akan tertanya-tanya, dari segi apakah kita harus mentauhidkan Allah dari segi Uluhiyyah-Nya agar kita juga bakal menikmati kemanisan syurga? Jawapannya ialah kita harus mentauhidkan Uluhiyyah Allah daripada 3 aspek:
IBADAH
Kita harus beriman bahawa hanya Allah yang berhak memperhambakan diri kita dan seluruh makhluknya yang lain dan hanya dialah yang berhak menerima segala ibadat daripada makhluknya. Untuk itu mulai saat ini kita harus menetapkan betul-betul di dalam pemikiran bahawa kita hanyalah HAMBA kepada Allah. Oleh kerana itu kita harus bersifat seperti hamba iaitu harus sentiasa patuh dan taat kepada Allah tanpa bantahan.
HAKIMIYAH
Kita hendaklah beriman bahawa hanya Allah yang mempunyai hak mutlak dan tertinggi untuk membuat peraturan / hukum / perlembagaan / undang-undang untuk diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, negara kita dan seterusnya dunia kita. Tauhid Uluhiyyah menginginkan supaya kita berusaha sedaya upaya untuk menjadikan semua sistem di muka bumi Allah ini bebas daripada undang-undang buatan sendiri (man-made-law) yang tidak menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai undang-undang tertinggi. Sesiapa sahaja yang cuba menandingi Allah dengan membuat perlembagaan sendiri maka dia telah dengan sengaja cuba menandingi keuluhiyyahan Allah dan menjadi musyrik; dan sekiranya dia benar-benar yakin bahawa sistem demokrasi, kapitalis, republik, komunis atau apa saja idealisme yang lain itu lebih baik daripada undang-undang Allah, maka dia telah kafir mengikut ijma’
Al- WALA' WAL BARA'
Mengkehendaki kita memihak (wala’) kepada pemimpin yang mencintai serta mengikuti Allah dan Rasul dan mahu mendaulatkan undang-undang Allah di dalam Al-Quran dan As-Sunnah serta memusuhi (bara’) pemimpin yang mengiktiraf sistem dan undang-undang buatan sendiri seperti komunisme, kapitalis, republik, rukun negara, pancasila dan demokrasi. Oleh itu kita harus membenci, memusuhi, menentang dan membangkang terhadap pemimpin yang tidak menuruti Allah dan Rasulnya dan sebaliknya menghormati, menyintai, simpati dan menolong pemimpin yang mengikuti Allah dan Rasulnya (s.a.w).
2. Mengenal Allah Melalui rububiyyah-nya
Hal ini mengkehendaki kita mengetahui dan menetapkan bahawa Allah sahajalah Rabb semesta alam , Pencipta segala makhluk, Pemilik seisi alam, Pengatur, Pemberi Rezeki dan dialah yang telah mengajar dan mendidik para Nabi, Rasul dan pengikutnya di atas aqidah yang benar, akhlaq yang terpuji, ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Kita masih belum lagi dikatakan beriman sekiranya kita hanya beriman dengan Rububiyyah Allah dan harus menyempurnakan iman itu dengan beriman terhadap Uluhiyyah Allah.
3. mengenal ALLAH MELALUI aSMA’ WAS SIFAT-NYA
Iaitu kita harus mengetahui dan menetapkan bahawa Allah mempunyai nama-nama yang agung dan sifat -sifat yang tinggi yang Allah beritahukan melalui lisan Rasul-Nya (Muhammad) iaitu Al Qur'an dan Al Hadith. Apa yang perlu ditekankan ialah Asmaul-Husna tidaklah terbatas kepada yang termaktub di dalam Al Quran dan Al Hadits sahaja. Ini kerana Rasulullah (s.a.w) telah bersabda bahawa:
Tidaklah seseorang ditimpa keresahan (kecemasan) dan kesedihan kemudian dia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu (lelaki) dan anak dari hamba-Mu (perempuan), ubun- Mu adil bagiku, aku meminta kepada-Mu dengan (berwasilahkan) semua nama yang Engkau miliki, Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghoib di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al Quran yang agung sebagai petunjuk hatiku, cahaya hatiku, penghapus kesedihanku dan penghilang kegelisahanku", Kecuali Allah akan menghapus kesedihan dan keresahannya dan menggantikannya dengan kelapangan". (HR. Ahmad bin Hambal)
Oleh itu, kita harus beriman (percaya) bahawa selain 99 nama Allah yang termahsyur [yang diberitakan Allah melalui lisan Rasulullah (s.a.w)] itu ada lagi nama-nama Allah yang dirahsiakan oleh Allah sendiri dan termasuk diantara perkara-perkara ghaib yang harus kita yakini.
Selain itu kita juga harus yakini bahawa nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya serta dzat-Nya, tidaklah sama dengan nama, sifat dan dzat makhluk-Nya malah berlainan sama sekali daripada sebarang penyerupaan dengan makhluk, maka kita patut mengelakkan diri daripada mentakwilkan nama dan sifat Allah tanpa panduan wahyu.
KESIMPULAN
Kita perlu menujukan ibadah kepada Allah sahaja dan hanya kerana Allah dengan tatacara ibadah hendaklah mengikut sunnah Rasulnya (s.a.w).
Kita hendaklah bersedia bernegara hanya dengan Negara Islam (Khalifah Islamiyah).
Kita perlu menolak, membenci dan memusuhi semua - tatacara ibadah bidaah (ibadah yang direka-reka tanpa dalil Al-Quran dan As-Sunnah) serta hukum/undang-undang/perlembagaan /peraturan yang tidak bersumberkan dari Al-Quran dan As-Sunnah serta membenci semua negara yang bukan Negara Islam (Daulah Islamiyah @ Khalifah Islamiyyah).
Kita perlu mengisi kehidupan untuk menegakkan syariat islam dan berjihad untuk menegakkan kepimpinan islam.
FIRASAT ORANG MUKMIN
Diriwayatkan, ada seorang lelaki masuk ke majlis Uthman bin Affan. Lelaki itu datang setelah menemui wanita di jalan. Uthman bin Affan mengamati baik-baik lelaki itu seraya berkata, "Telah masuk ke dalam majlis ini seorang yang pada matanya terlihat tanda-tanda zina." Orang-orang yang berada di dalam majlis itu terkejut lalu salah seorang daripada mereka bertanya, "Apakah sesudah Rasulullah S.A.W. masih lagi terdapat wahyu?" Uthman bin Affan Ra menjawab, "Tidak, akan tetapi itu hanya firasat seorang mukmin."
AMALAN YG PALING MULIA
Dari Ibnu Abbas ra. diriwayatkan, telah bersabda Rasulullah S.A.W:
Keimanan yang paling mulia ialah memberi keamanan kepada manusia dari perangaimu;
Keislaman yang paling mulia ialah menyelamatkan manusia dari lidah dan tindakanmu;
Hijrah yang paling mulia ialah hijrah dari berbagai keburukan; Jihad yang paling mulia ialah menewaskan kudamu di medan jihad; Zuhud yang paling mulia ialah jika kalbumu dapat ditenangkan oleh rezeki yang diberikan kepadamu; Permohonan yang paling mulia yang kamu panjatkan kepada Allah ialah memohon keampunan dalam agama dan dunia.
Keimanan yang paling mulia ialah memberi keamanan kepada manusia dari perangaimu;
Keislaman yang paling mulia ialah menyelamatkan manusia dari lidah dan tindakanmu;
Hijrah yang paling mulia ialah hijrah dari berbagai keburukan; Jihad yang paling mulia ialah menewaskan kudamu di medan jihad; Zuhud yang paling mulia ialah jika kalbumu dapat ditenangkan oleh rezeki yang diberikan kepadamu; Permohonan yang paling mulia yang kamu panjatkan kepada Allah ialah memohon keampunan dalam agama dan dunia.
Mengenal Allah
MENGENAL ALLAH
Pada satu ketika, ada seorang bertanya kepada Abu As-Siddiq Radhiallah'anhu, "Wahai sahabat, bagaimanakah anda dapat mengenal Tuhanmu?" Abu Bakar manjawab, "Aku mengenal Tuhanku dengan perantaraan Tuhanku. Kalau tidak kerana Tuhanku, aku tidak akan mungkin mengenalnya." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimanakah pula anda mengenal Tuhanmu?" Abu Bakar menjawab, "apa yang tidak mampu dicapai adalah suatu pencapaian, dan meneliti zat allah adalah kemusyrikan.
Pada satu ketika, ada seorang bertanya kepada Abu As-Siddiq Radhiallah'anhu, "Wahai sahabat, bagaimanakah anda dapat mengenal Tuhanmu?" Abu Bakar manjawab, "Aku mengenal Tuhanku dengan perantaraan Tuhanku. Kalau tidak kerana Tuhanku, aku tidak akan mungkin mengenalnya." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimanakah pula anda mengenal Tuhanmu?" Abu Bakar menjawab, "apa yang tidak mampu dicapai adalah suatu pencapaian, dan meneliti zat allah adalah kemusyrikan.
Subscribe to:
Posts (Atom)