Kita semua telah tahu bahwa berIslam itu dimulai dari menuntut ilmu tentang Islam itu sendiri. Tidak langsung mengamalkan suatu amalan yang amalan itu mungkin belum jelas, apakah ada dasarnya dari Al-Qur’an atau As-Sunnah. Dan juga tidak langsung berdakwah dengan ilmu yang sekadarnya. Lalu jika kita mahu belajar Islam, sebenarnya apa yang harus kita utamakan untuk kita pelajari lebih dahulu dalam mengenal Islam dengan sebenar-benarnya?
Mari kita fikirkan sejenak! Agama ini datang dari Pencipta kita, dan disampaikan oleh RasulNya. Tujuan agama ini adalah menegakkan ibadah kepada Pencipta kita tersebut dengan cara-cara yang telah diperintah dan sampaikan oleh RasulNya. Jadi sebelum kita belajar Islam lebih dalam, maka wajiblah kita mengetahui siapa Pencipta kita itu, dan bagaimana cara berinteraksi denganNya. Juga mengetahui siapa RasulNya dan bagaimana kita bersikap memahami dan melaksanakan ajaran baginda SAW.
Dua hal tersebut tercakup dalam ilmu yang disebut ‘aqidah. Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang bererti pengikatan. Jika ada orang yang berkata, “ Saya ber’aqidah begini”. Maksudnya adalah, ia mengikat hati terhadap sesuatu tersebut. Pendek kata, ‘aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Secara terperinci, aqidah adalah rukun iman, yaitu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada hari akhirat serta kepada qada’ dan qadarnya.. Jadi, ilmu Islam yang harus kita utamakan untuk kita pelajari terlebih dahulu adalah ‘aqidah yakni memperbetulkan ‘aqidah kita.
Mungkin kita masih bertanya-tanya, mengapa demikian?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang bermaksud: “Barang siapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: An-Nahl : 97).
Pada ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi pahala kepada laki-laki dan perempuan yang beramal baik dan dalam keadaan beriman. Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyaratkan keimanan bagi seseorang yang beramal baik agar orang itu diberi pahala. Jika orang itu beramal baik yang banyak sekali, namun ia tidak mempunyai keimanan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memberikan pahala kepadanya. Maka keimanan tersebut merupakan syarat mutlak bagi seseorang jika ia ingin selamat dunia dan akhirat.
Sedangkan tadi telah dijelaskan bahwa keimanan itu termaktub dalam rukun iman. Dan rukun iman itulah inti kepada ‘aqidah Islam. Maka inilah sisi pentingnya ‘aqidah Islam. Jika seseorang belajar tentang ilmu fiqh sedalam-dalamnya, kemudian ia beramal sebanyak-banyaknya, namun tidak pernah mempelajari ‘aqidah Islam, maka cara belajarnya itu adalah salah sama sekali dan jurang kehancuran telah siap menantinya.
Sangat mungkin sekali ia berbuat syirik namun ia tidak pernah mengetahui hal tersebut, kerana ia tidak mahu mempelajari ‘aqidah Islam. Padahal ia telah beramal banyak. Oleh kerana kesilapannya tidak mempelajari ‘aqidah Islam itulah, yang membuat ia terjerumus ke dalam perbuatan syirik, sehingga syirik tersebut membuat amalnya batal semuanya.. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “ Jika kamu mempersekutukan (Allah), nescaya benar-benar akan terhapus semua amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS: Az-Zumar: 65).
Inilah pentingya ‘aqidah! Dengan mempelajari dan menegakkan ‘aqidah Islamiyah-lah kita akan selamat dunia akhirat.
Hal yang pertama sekali harus kita pelajari dalam ilmu ‘aqidah adalah tentang dua kalimat syahadat. Mengapa?
Secara akal, dua kalimat syahadat inilah yang membuat seseorang dari kafir menjadi muslim. Maka sungguh aneh jika seorang muslim tidak pernah mempelajari kalimat yang dengannya kita selamat dari neraka. Dan sungguh tergesa-gesa sekali jika kita meninggalkan kalimat syahadat, dan langsung mempelajari ilmu lain. Padahal kalimat inilah yang mengandung tauhidullah (pengesaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala) yang merupakan tugas pokok para Rasul dari Nabi Nuh ‘alaihissalaam sampai Rasul terakhir, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang bermaksud: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah) itu.’.” (QS: An-Nahl: 36).
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelun kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘ Bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.’.” (QS: Al-Anbiyaa’: 25).
Dalam surat Al-A’raf, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan bahwa Nabi Nuh, Huud, Shalih, Syuaib, dan lain-lain itu sama semua seruannya, yaitu menyeru kepada penyembahan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata (tauhid), Allah berfirman yang bermaksud: “ Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada sesembahan bagimu selainNya.” (QS: Al-A’raaf: 59, 65, 73, 85).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang bermaksud: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Alloh dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” (HR: Al-Bukhary dan Muslim).
Dari dalil-dalil di atas, telah jelas bagi kita bahwa tugas inti dan yang paling utama dari para Rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menyampaikan kalimat tauhid, menegakkan penyembahan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Jika kita tidak mempelajari aqidah, maka tujuan pengutusan rasul Allah pada diri kita tidak tercapai, dan akibatnya hanya akan menjadi kerugian pada diri kita.
Selain memang dakwah kepada tauhidullah itu adalah tugas inti dakwah para rasul, maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadikan penyampaian kalimat syahadat menjadi bahan dakwah yang pertama kali harus diterangkan kepada umat.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu ketika beliau mengutusnya ke Yaman,: “Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali dakwah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaaha illaLLaah “ – dalam riwayat lain disebutkan: “Supaya mereka mentauhidkan Allah” - Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu dakwahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam….” (HR: Al-Bukhary dan Muslim).
Jika begitu, maka ilmu Islam yang harus kita utamakan untuk kita pelajari terlebih dulu ialah ‘aqidah, khususnya tentang kalimat syahadat.
Maka jangan tunggu-tunggu lagi, mari kita pelajari rukun iman, perbetulkan pemahaman kalimat syahadat kita, boleh jadi belum sempurna. Tegakkan tauhidullah, sembahlah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, jauhkanlah diri dari segala macam bentuk syirik dan segala macam penyimpangan dalam ‘aqidah. Jangan sampai keengganan kita untuk belajar ‘aqidah Islam membawa kecelakaan bagi diri kita sendiri pada waktu menghadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala nanti. Wallaahu a’lam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita hidayah dan bimbinganNya selalu.
(Sumber Rujukan: Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan; Kitab Tauhid, AsySyaikh Muhammad At-Tamimi; Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan, Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin)
Saturday, September 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment