Saturday, September 6, 2008

Awal Ramadhan, Pertengahan Ramadhan dan Akhir Ramadhan......hadis mungkar!


Sejak bertahun-tahun sunnah telah tercampur dengan hadis-hadis yang dhaif, mungkar, dusta, diada-adakan atau lainnya. Hal ini telah diterangkan oleh para imam terdahulu dan ulama salaf dengan penjelasan dan keterangan yang sempurna.


Orang yang melihat dunia para penulis dan para pemberi nasihat akan melihat bahwa mereka - kecuali yang diberi rahmat oleh Allah - tidak memperdulikan masalah yang mulia ini walau sedikit perhatianpun, walaupun banyak sumber ilmu yang memuat keterangan shahih dan menyingkap yang bathil.

Maksudnya bukan membahas dengan lengkap masalah ini, serta pengaruh yang akan terjadi pada ilmu dan manusia, tapi akan kita cukupkan sebahagian contoh yang baru masuk dan masyhur di kalangan manusia dengan sangat masyhurnya, hingga tidaklah engkau membaca makalah atau mendengar nasihat kecuali hadis-hadis ini – sangat disesalkan - menduduki kedudukan tinggi. (Ini semua) sebagai pengamalan hadis: "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat ..." [Riwayat Bukhari 6/361], dan sabda beliau : "Agama itu nasihat" [Riwayat Muslim no. 55]


Maka kami katakan wabillahi taufik: Sesungguhnya hadis-hadis yang tersebar di masyarakat banyak sekali, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadis shahih -walau banyak yang biasa menghentikan mereka dari menyebut hadis dhaif.


Semoga Allah merahmati Al-Imam Abdullah bin Mubarak yang mengatakan :"(Menyebutkan) hadis shahih itu menyibukkan (diri) dari yang dhaifnya". Jadikanlah Imam ini sebagai suri tauladan kita, jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup kita).


Dan (yang termasuk) dari hadis-hadis yang tersebar digunakan (sebagai dalil) di kalangan manusia di bulan Ramadhan, diantaranya.


Pertama.
"Ertinya : “Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam Ramadhan, nescaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya ...." Hingga akhir hadis ini.


Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no.886) dan Ibnul Jauzi di dalam Kitabul Maudhuat (2/188-189) dan Abu Ya'la di dalam Musnad-nya sebagaimana pada Al-Muthalibul 'Aaliyah (Bab/A-B/tulisan tangan) dari jalan Jabir bin Burdah dari Abu Mas'ud al-Ghifari.


Hadis ini maudhu' (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub, biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan beliau berkata : "Masyhur dengan kelemahannya". Juga dinukilkan perkataan Abu Nua'im, " Dia suka memalsukan hadis", dan dari Bukhari, berkata, "Mungkarul hadis" dan dari An-Nasa'i, "Matruk" (ditinggalkan) hadisnya".


Ibnul Jauzi menghukumi hadis ini sebagai hadis palsu, dan Ibnu Khuzaimah berkata serta meriwayatkannya, "Jika hadisnya shahih, kerana dalam hatiku ada keraguan pada Jarir bin Ayyub Al-Bajali".


Kedua.
"Ertinya:Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang lain .... Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ...." sampai selesai.


Hadis ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan ulama yang paling masyhur. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887) dan Al-Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al-Asbahani dalam At-Targhib (q/178, b/tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad'an dari Sa'id bin Al-Musayyib dari Salman.


Hadis ini sanadnya Dhaif, kerana lemahnya Ali bin Zaid, berkata Ibnu Sa'ad, Di dalamnya ada kelemahan dan jangan berhujjah dengannya, berkata Imam Ahmad bin Hanbal, tidak kuat. Berkata Ibnu Ma'in, ianya dha'if. Berkata Ibnu Abi Khaitsamah, ianya lemah di segala penjuru, dan berkata Ibnu Khuzaimah, jangan berhujjah dengan hadits ini, kerana buruk hafalannya. Demikian di dalam Tahdzibut Tahdzib [7/322-323].


Dan Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadis ini. Jika benar khabarnya, berkata Ibnu Hajar di dalam Al-Athraf, Sumbernya pada Ali bin Zaid bin Jad'an, dan dia lemah, sebagaimana hal ini dinukilkan oleh Imam As-Suyuthi di dalam Jami'ul Jawami (no. 23714 -tertib urutannya).


Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadis (I/249), hadis yang Mungkar


Ketiga.
"Ertinya : Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat"

Hadis tersebut merupakan potongan dari hadis riwayat Ibnu Adi di dalam Al-Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa'id, dari Ad-Dhahak dari Ibu Abbas. Nashsyal (termasuk) yang ditinggal (kerana) dia pendusta dan Ad-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.


Diriwayatkan oleh At-Thabrani di dalam Al-Ausath (1/q 69/Al-Majma'ul Bahrain) dan Abu Nu'aim di dalam At-Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud, dari Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abu Hurairah.


Dan sanad hadis ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, "Aku mendengar Imam Ahmad - dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin Muhammad - berkata, "Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadis mereka (orang-orang Syam, - pent) yang dhaif itu". Ibnu Abi Hatim berkata, "Hafalannya buruk dan hadis dia dari Syam lebih mungkar daripada hadisnya (yang berasal) dari Irak, kerana buruknya hafalan dia". Al-Ajalaiy berkata. "Hadis ini tidak membuatku kagum", demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/417).


Aku katakan : Dan Muhammad bin Sulaiman Syaami, biografinya (disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q 386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair sebagaimana di naskhan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadis ini darinya.

Keempat
"Ertinya : Barangsiapa yang berbuka puasa satu hari pada bulan Ramadhan tanpa ada sebab dan tidak pula karena sakit maka puasa satu tahun pun tidak akan dapat mencukupinya walaupun ia berpuasa pada satu tahun penuh"

Hadis ini diriwayatkan Bukhari dengan mu'allaq dalam shahih-nya (4/160-Fathul Bari) tanpa sanad.


Ibnu Khuzaimah telah memalukan hadis tersebut di dalam Shahih-nya (19870), At-Tirmidzi (723), Abu Dawud (2397), Ibnu Majah (1672) dan Nasa'i di dalam Al-Kubra sebagaimana pada Tuhfatul Asyraaf (10/373), Baihaqi (4/228) dan Ibnu Hajjar dalam Taghliqut Ta'liq (3/170) dari jalan Abil Muthawwas dari bapaknya dari Abu Hurairah.


Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (4/161): "Dalam hadis ini ada perselisihan tentang Hubaib bin Abi Tsabit dengan perselisihan yang banyak, hingga kesimpulannya ada tiga penyakit : idhthirah (goncang), tidak diketahui
keadaan Abil Muthawwas dan diragukan pendengaran bapak beliau dari Abu Hurairah".

Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkannya: Jika khabarnya shahih, kerana aku tidak mengenal Abil Muthawwas dan tidak pula bapaknya, hingga hadis ini dhaif juga:. Wa ba'du.


Inilah empat hadis yang didhaifkan oleh para ulama dan dilemahkan oleh para Imam, namun walaupun demikian kita (sering) mendengar dan membacanya setiap kali datangnya bulan Ramadhan yang diberkati.


Tidak menutup kemungkinan bahwa sebahagian hadis-hadis ini memiliki makna-makna yang benar, yang sesuai dengan syari'at kita yang lurus baik dari Al-Qur'an mahupun Sunnah, akan tetapi (hadis-hadis ini) sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan terlebih lagi - segala puji hanya bagi Allah - umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad dapat diketahui mana hadis yang dapat diterima dan mana yang harus ditolak, membezakan yang shahih dari yang buruk. Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamakannya : "Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar".


[Dirujuk dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]

1 comment:

Unknown said...

terima kasih Sedara, kawan FB lama.. kalau masih ingat.. selalu berhujah dalam Fb Cikgu Rahim...

saya tengah surf cari nama ulamak yang mengrade hadis 10 malam rahmat, 10 malam keampunan.. 10 mlm.....

pernah baca dalam DR MAZA, tapi masih nak cari sumber lain.